"Dok, bagaimana
dengan keadaan Teman saya?" Tanyanya dari balik pintu kamar rumah
sakit, Keningnya mengkerut mengkhawatirkannya.
"Tidak ada
gejala yang serius akibat dampak terkena pukulan yang ia terima, ia
hanya mendapat luka memar dibagian belakang kepala. Walau hanya luka
memar, Namun ia butuh istirahat untuk tiga hari ini. Sesekali ia akan
merasa pusing." Jawabnya sekilas dan langsung berjalan meninggalkan
Sendy.
Sendy terdiam mendengarnya, ia kecewa dengan apa yang diucapkan dokter barusan.
"Tiga hari? Lalu bagaimana dengan hari ini? Apakah akan sia sia?"
Diliriknya
arloji yang ia kenakan, semakin gelisah saja setelah tau bahwa ia tidak
mempunyai waktu banyak. Sendy memandang Ayu dari balik pintu yang
ditengahnya terdapat kaca transparan, timbul rasa Iba hati. Dibukakannya
pintu itu dan langkahnya melaju mendekati anak malang yang tergeletak
di kasur. Sendy menoleh ke arah tas kecil milik Ayu. Perlahan ia meraba
tasnya lalu membukanya. Ia mengambil sebuah ponsel milik Ayu dari dalam
Tas itu. Sendy Ragu ragu untuk melihat isi ponsel milik anak malang
tersebut. Ia mulai menyentuh bagian tombol (Home) dari ponsel touch yang
bisa dibilang canggih itu. Namun sayang, ponsel itu meminta sebuah
password untuk bisa mengakses nya. Semakin penasaran saja Sendy.
Ia mencoba
memasukkan password pertama nya, yaitu N&D2007. Karena mungkin
menurutnya password itu merupakan password global yang digunakan Ayu.
Namun sayang, password yang dimasukkan Sendy ditolak. Sendy langsung
kehabisan Cara, ia hanya mengetahui satu password saja. Dikembalikannya
ponsel itu kedalam tas milik Ayu. Sendy juga melihat dua buah boneka
kecil yang saling bergandengan tangan, di tiap tubuh boneka tersebut
tertulis nama Ayu dan juga Dhike.
Persahabatan seperti apa yang mereka jalani? Tali diantara mereka begitu kuat.
Diliriknya
kembali tas Ayu. Rasa penasaran Sendy semakin menjadi jadi. Ia penasaran
bukan karena ingin mengetahui data data mengenai Ayahnya, melainkan ia
penasaran dengan apa yang dijalani mereka berdua (Ayu&Dhike) dimasa
lalu.
Tahun 2007, ada apa ditahun itu? Mengapa hati ini selalu memikirkannya. Padahal ini bukan merupakan salah satu diantara misi ku.
Sendy kembali
mengambil Ponsel milik Ayu, serta Sendy juga tidak lupa untuk mengambil
notebook nya dari dalam tas miliknya. Sendy menempelkan kabel USB pada
Ponsel tersebut yang kemudian tersambung melalui Notebook nya. Proses
Hacking dimulai.
Software yang
meminta password pertama kali yang dijalankan pada ponsel ini bukan
bersumber dari aplikasi penyedia ponsel itu sendiri, melainkan hanya
sebuah software yang dikembangkan dari pihak lain. Mungkin aku akan
lebih mudah menyusupnya, aku tidak perlu repot repot masuk kedalam data
server dari pihak pengembang ponsel tersebut. Aku hanya tinggal
menjalankan sebuah program yang merekam semua log atau aktifitas storage
pada ponsel ini.
Mungkin ini
adalah sotfware berbayar, tingkat keamanan nya sungguh ketat. Baiklah,
pada tanggal 18 November software tersebut terinstall pada ponsel Ayu.
Aku akan membuka command prompt dan aku hanya tinggal menulis beberapa
script. list/p "pass=>" kemudian ENTER. Bagus, semua data yang
berkaitan dengan Password akan tertera disini. Sekarang aku hanya
tinggal mencari tanggal dimana Software Lock tersebut terinstall.
Ketemu! Aku hanya tinggal menyambungkan beberapa kode yang tertera disini.
Sendy mendelik setelah menyambungkan beberapa kode Script.
Apa ini,
Password nya tidak jauh berbeda dengan password yang kuketahui. Setelah
aku dibuat penasaran dengan angka 2007, kini 2009. Sebenarnya ada apa
ditahun tersebut? N&D2009. Sial!
Setelah Sendy
berhasil mendapatkan Passwordnya, ia cepat cepat menutup notebooknya dan
kemudian ia simpan kembali kedalam tas nya, takut takut Ayu sadar dan
mencurigai Sendy.
Sendy kembali
menatap Ayu yang sedang tidak sadarkan diri, ia memanfaatkan
ketidaksadaran Ayu untuk menjelajahi ponsel milik Anak malang tersebut.
Sendy mulai
memasukkan password yang ia dapat, ternyata benar, password yang Sendy
masukkan dapat diterima. Hal yang pertama kali Sendy lakukan adalah
membuka beberapa folder album foto. Ia melihat begitu banyak foto foto
Ayu bersama dengan Dhike. Bahkan mereka pernah berfoto bersama diluar
negeri beberapa kali, seperti Singapura, Malaysia serta Jepang. Sendy
berfikir memang sebelumnya kehidupan Ayu bisa dibilang mewah. Sendy juga
melihat Ayah serta Ibu kandung Ayu dalam album tersebut. Yang
membuatnya heran, mengapa Dhike selalu hadir ditiap foto foto tersebut.
Setelah puas
melihat lihat foto, Sendy beralih ke inbox ponsel tersebut. Ternyata ada
beberapa pesan yang belum diterima Ayu, pesan tersebut berasal dari
Dhike.
-Kamu dimana?
Jika memang benar langkah yang kamu ambil bersama dengan teman mu itu
benar benar matang, Ayo kita bersaing dalam Audisi tersebut.-
-Kenapa diam
saja? Aku tidak melihatmu disini. Apa kamu bimbang? Kamu akan tau
seperti apa kehidupan yang akan terjadi didepan setelah kamu mengambil
langkah itu. Aku tidak pernah dendam sedikitpun padamu. jadi, jika kamu
kesulitan atau kesusahan aku akan selalu menunggumu datang untuk meminta
bantuan dariku. Hanya saja, aku sedikit kecewa karena kamu telah
melakukan tindakan sembrono tanpa meminta pendapat dariku. itu saja yang
ingin aku ucapkan padamu.-
Seperti itulah
kalimat pesan dalam ponsel Ayu yang belum sempat terbaca olehnya. Disisi
lain, Sendy juga merasa bahwa perkataan Dhike memang ada benarnya.
Namun Sendy akan berusaha menemani Ayu dan akan melawan semua perkataan
Dhike barusan.
Tidak lama
kemudian Sendy jadi mengingat kata Audisi. Ia menjadi gelisah dan segera
bangkit dari sandarannya. Ia menaruh kembali ponsel Ayu kedalam tas dan
kemudian ia berlari menuju Gedung Audisi berlangsung. Ia tidak
mempunyai waktu banyak, Pembukaan Audisi akan segera berlangsung.
Pembukaan
Audisi berlangsung diruang seminar. Terdiri atas tiga tingkatan yang
masing masing lantai memiliki empat ratus buah kursi berlapis busa yang
sungguh empuk dan nyaman bila ditempati. Di tiap tiap meja sudah
dilengkapi nomor peserta dan juga minuman botol air putih. Hampir
seluruh kursi sudah ditempati oleh para peserta dan juga para panitia.
Hanya tinggal menunggu beberapa menit saja untuk bisa memulai acara
pembukaan. Namun, hari pertama bukanlah hari eliminasi dimulai,
melainkan hanya sebuah pembukaan yang berisi rules atau peraturan
peraturan dalam proses Audisi berlangsung.
Suasana saat
itu sungguh padat dan sumpek, bayangkan saja, yang mengikuti Audisi
hingga mencapai ribuan orang. Yang hadir terdiri atas seorang pelaksana
(Yasushi Akimoto), beberapa Panitia dan juga para peserta. Waktu Audisi
Mungkin tidak akan selesai dalam waktu sehari. Maka dari itu para
panitia pelaksana menarik sebuah solusi, yaitu dengan melakukan proses
eliminasi selama empat hari. Selama empat hari itu juga para peserta
dimanjakan dengan menempati sebuah asrama dan fasilitas lainnya yang
bisa dikatakan mewah. Sungguh luar biasa biaya yang sudah dikeluarkan
oleh pihak pelaksana.
Waktunya telah
tiba, Seorang wanita yang merupakan pembawa acara mulai berjalan menuju
panggung dengan sebuah mikrofon ditangan kanannya. Ia akan memberikan
sedikit pidato dan juga peraturan dalam proses Audisi berlangsung.
Selamat Pagi
dan Kami ucapkan Selamat Datang Kepada seluruh peserta yang hadir
disini. Terima kasih telah berkenan Hadir. Seperti yang kalian ketahui,
bahwa sebelumnya proses audisi hanya dilangsungkan selama dua hari saja,
namun dengan berbagai pertimbangan dari pihak panitia kami telah
mengambil kesepakatan. Yaitu, Proses audisi akan berlangsung selama
empat hari dikarenakan banyaknya para peserta yang mencalonkan diri.
Yang kedua, para peserta akan diperbolehkan menginap disebuah asrama
selama proses audisi berlangsung, yakni empat hari. Yang ketiga, Bagi
para peserta yang tidak hadir atau absen dalam pembukaan kali ini, maka
kami selaku panitia akan menghapus data orang tersebut, lebih tepatnya
dia akan gugur sebelum proses eliminasi dimulai.
Ada pun
beberapa hal lainnya yang ingin saya sampaikan kepada kalian selaku
peserta Audisi. Kami menilai peserta bukan hanya dari segi dance, tapi
juga kami menilai kalian dari segi akting, gaya bahasa dan juga
keterampilan dalam memainkan alat musik. Jadi, tunjukan dan keluarkan
semua bakat yang kalian punya. Jangan pernah malu dan ragu untuk
melakukannya.
Ini merupakan
persaingan, penyingkiran dan juga penyisihan. Ini bukan merupakan tempat
mangasihani satu sama lain, baik itu teman baru kalian atau mungkin
sahabat. Jika kalian tidak ingin terinjak, maka langkahi dan lampaui lah
setinggi mungkin. Kami melakukan Audisi ini bukan hanya mencari seorang
dancer yang handal, melainkan seorang aktor/aktris dan bahkan seorang
komposer. Jadi, Keluarkan semua kemampuan yang kalian bisa.
Gagal bukan
berarti kalian harus menyerah, kalian harus mempertahankan keyakinan
yang ada pada diri kalian. Asah terus bakat yang kalian miliki, jangan
pernah berhenti untuk bermimpi. Jangan buat mimpi kalian hanya berputar
dipikiran saja, Tetapi Buatlah mimpi kalian menjadi nyata.
Hanya itu saja kalimat singkat yang dapat saya sampaikan, Terima kasih dan selamat berjuang.
"Merinding aku dengarnya. Ini sih sama aja gugur sebelum mencobanya. Aku begitu drop." Gugup Melody.
Dibalasnya
keraguan Melody itu oleh Ve. "Jangan menyerah dulu, Mel. Jangan jadi
seorang pecundang. Justru kalo kamu gugup kayak gitu rasa percaya diri
mu akan berkurang. Jangan sampai itu terjadi, maka kamu akan semakin
drop saja sebelum pentas berlangsung."
Stella
menambahkan. "Ve benar, bawa santai saja. Meskipun kamu gak terlalu
mahir dalam hal tari, tapi kamu mempunyai suara yang lembut, itulah
kelebihanmu, Mel."
Melody menoleh,
memperhatikan Dhike yang terlihat gelisah disebelahnya. Sebaliknya,
Dhike menoleh kanan kiri memperhatikan suasana sekitar. Seperti ada yang
sedang ia cari.
"Kamu lagi cari siapa, key?" Tanya Melody.
"Bukan apa
apa." Jawabnya singkat. Sebetulnya saat itu Dhike sedang mencari
keberadaan Ayu, tetapi ia tidak ingin teman teman nya tau.
Sebenarnya
dimana dia? Apa dia gak jadi mengikuti audisi ini? Apa perkataan ku
waktu itu terlalu kasar hingga menyebabkan ia menyerah? Pesan ku juga
masih belum ia balas, padahal ia sudah menerimanya.
"Aku juga mencarinya." Ucap Melody tiba tiba.
"Aku juga menghkawatirkannya, Key. Sama seperti kamu menghkawatirkan dia." Tambahnya.
"Lalu kira
kira ia berada dimana sekarang? Kenapa tiba tiba aku merasa bersalah
padanya. Jika ia gak hadir maka ia akan gugur sebelum pentas besok."
"Mungkin ia adik yang baik, ia mengikuti semua yang kamu ucapkan pada saat itu."
"Tapi aku
melihat tatapannya, tatapannya menandakan bahwa ia bersi keras untuk
mengikuti audisi ini. Aku harus mencarinya." Ucapnya sambil bangkit dari
kursi. Namun Melody menarik lengan Dhike.
"Sudah terlambat, Key. Pembukaan sudah berlangsung saat ini. Apa kamu mau gugur juga?"
Melihat
percakapan yang dilakukan Melody dengan Dhike membuat Ve mangambil
tindakan. Ia menelepon seorang pengawas/bodyguard nya untuk segera
mencari lokasi keberadaan Ayu.
"Kamu tunggu
saja disini, Key. Aku akan menyuruh beberapa pengawas untuk mencari
keberadaan Ayu. Boleh aku minta beberapa Foto Ayu dan juga nomor
ponselnya? Aku akan mengirimkannya pada pengawas dan akan segera
dilacak."
Secepat kilat Dhike segera memberikan beberapa Foto Dan nomor ponselnya kepada Ve. "Aku minta bantuanmu, Ve."
Ve menggangguk dan segera menghubungi pengawas miliknya.
Tiga baris dari
tempat Melody dan kawan kawan nya duduk terlihat Sendy yang mengenakan
kacamata hitam dari belakang. Ia mengamati gerak gerik Dhike dan juga
kawan kawan nya. Ia pun mendengar percakapan mereka saat itu.
Sial! Apa yang
harus aku lakukan? Jika mereka sampai tau keberadaan Ayu, Maka mereka
akan berprasangka buruk terhadap diriku. Aku harus melakukan sesuatu.
Sendy bergegas
bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu keluar seminar. Ia
sempat dihadang oleh panitia yang berjaga di pintu.
"Mohon Maaf, Dalam pembukaan Audisi berlangsung peserta dilarang keluar masuk ruang seminar begitu saja."
"Aku ingin ke toilet sebentar, jika kalian tidak percaya kalian boleh mengikutiku."
Kemudian
Panitia memberi isyarat pada rekannya agar segera mengikuti Sendy menuju
Toilet. Sendy pun berhasil dipersilahkan keluar dengan catatan ia harus
ditemani oleh pria pengawas gedung yang berjaga. Gerak gerik Sendy
sungguh aman dan tentram, sebisa mungkin ia bersikap tenang.
Sendy sudah
berada didepan pintu kamar toilet. Kemudian ia mulai membuka pintu dan
segera masuk kedalam. Namun lagi lagi pengawas tersebut mengikutinya
hingga kedalam. Sendy berpura pura jengkel dan berekpresi marah seperti
layaknya seorang wanita perawan.
"Ini kamar toilet wanita, apa anda juga akan masuk kedalam nya? Apa yang bisa dilakukan wanita sepertiku didalam sana?"
Pengawas tersebut hanya tersenyum dan berusaha memakluminya dan menunggunya dari balik pintu.
Secepat mungkin
Sendy mengeluarkan Notebook nya dari dalam Tas miliknya. Ia membuka
suatu program yang dirancang oleh dirinya sendiri. Program tersebut
berisi nomor nomor IP hampir seluruh perusahaan bergengsi dan mampu
membobol atau menyusup masuk kedalam data server sebuah jaringan.
Baiklah, yang
dilakukan pertama kali yaitu dengan menduplikat kartu SIM milik Ayu. Aku
hanya tinggal mengetahui data pribadi user yang dimiliki oleh Ayu. Ia
menggunakan Jaringan Telk*msel, aku hanya tinggal mencari IP operator
tersebut lalu menyusupnya kedalam data server.
Ketemu! Aku
akan mulai menyalin data operator user yang dimiliki Ayu dan menimpanya
kedalam kartu SIM ku, seolah olah kartu SIM milikku akan menjadi
bayangan SIM milik Ayu dan sebaliknya, kartu SIM milik Ayu akan menjadi
milik ku. Maka jika ada yang mencarinya lewat GPS atau alamat IP, mereka
akan mendapatkan Lokasi dan alamat tempat ku berada saat ini, karena
kartu ku kini menjadi kartu bayangan milik Ayu. Aku juga akan mem blok
SIM CARD ku untuk sementara waktu. Ini untuk menghindari Crash antara
kedua SIM. Walau Aku sudah menyalin nya sama percis seperti milik Ayu,
Namun itu hanya sebuah Duplikat bayangan untuk mengecoh lokasi yang
mencarinya lewat GPS atau alamat IP.
Selesai ... Aku
harap Ayu tidak sadar sampai aku mengembalikan data user ke posisi
semula. Karena jika ia bangun ia tidak akan bisa menggunakan ponselnya
sebab aku sudah membloknya untuk sementara waktu.
Sendy kembali
menaruh Notebook nya kedalam tas, ia juga tidak lupa untuk membuka air
keran seolah olah memang benar kalau dia habis selesai buang air kecil.
Sendy membuka pintu dan kembali berjalan menuju ruang seminar dengan
pengawas yang masih mengikutinya dibelakang.
Sesampainya
diruang seminar, Sendy kembali duduk sambil mengamati sekelompok Kawan
kawan Melody yang ada dihadapannya. Kemudian Ponsel Ve berbunyi, pesan
tersebut datang dari pengawas milik Ve sendiri dan melaporkan keberadaan
Ayu.
"Hey, lihat
sini. Benar kan kalau sebenarnya Ayu ada di ruang seminar. Ruangan ini
terbagi atas tiga lantai dan mencapai ribuan kursi. Mungkin kita gak
bisa mencarinya dengan mata telanjang karena suasana saat ini sungguh
padat. Jadi, apa kamu sudah merasa baikan, Dhike?"
Mendengarnya Dhike tersenyum dan manggut manggut senang. "Makasih ya, Ve."
Ve hanya tersenyum membalasnya.
Sendy yang mendengar percakapan mereka hanya tersenyum nista. Kemudian ia mengambil ponsel miliknya dan menonaktifkan GPS nya.
Lima Jam
kemudian, Pembukaan Audisi sudah berakhir. Tiap tiap peserta kini
memiliki sebuah nomor kamar asrama yang akan ditempati oleh tiap tiap
peserta. Ditaman sudah ada Melody dan kawan kawan yang memperbincangkan
nomor asrama masing masing.
"Kenapa
kamar kita semua harus terpisah? Kalian kan tau sendiri aku sungguh
pendiam pada orang orang baru atau yang belum aku kenal." Keluh Ve
memanyunkan Bibirnya.
"Ini kan
hanya sementara, Ve. Kita masih bisa berkumpul kayak gini kalo ada waktu
istirahat." Jawab Melody yang berusaha menenangkan Ve.
Stella berpendapat. "Ditiap kamar terdiri atas lima orang peserta. Bukankah ini sungguh konyol?"
"Maksud kamu?" Tanya Melody keheranan.
"Maksud ku
ini sungguh mengagumkan! Aku kira jumlah satu kamar bisa mencapai
sepuluh atau lima belas peserta saja dan juga kita akan berdesak desakan
nanti."
"Wajar, ini sih bisa dikatakan Gedung berbintang Lima." Jawab Melody dengan kagumnya.
"Tapi tetap saja gak sebanding dengan biaya yang kita keluarkan saat pendaftaran."
"Entahkan,
yang tahu dan mengatur itu semua hanya orang orang dalam. Beruntung kita
sudah mendapat fasilitas seperti ini, bukan begitu?"
Lagi lagi
Melody menoleh ke arah Dhike. Ia begitu pendiam dan sering melamun saat
saat ini, itu pasti karena ia sedang memikir kan Ayu.
"Key, apa kamu lapar?" Tanyanya berusaha membuat Dhike membuka mulut.
"Aku gak lapar, kok. Apa kalian lapar?" Balik Dhike bertanya.
"Aku lapar! Ayo kita makan siang dulu." Keluh Stella.
Disaat mereka
ingin bergegas menuju restoran, Mereka diberhentikan oleh seorang pria
yang berlari dari kejauhan dan memanggil manggil nama Ve.
"Ve! Ve! Ini
aku, Yuda!." Teriaknya dengan senyum lebarnya. Ditangan kanan Yuda
sudah ada plastik berisi makanan yang akan diberikan pada Ve dan kawan
kawannya.
Semua balik
menoleh ke arah Yuda. Semua menyambut teman satu kelasnya dengan senyum,
kecuali Ve sendiri yang wajah nya menunjukkan kejengkelannya. Bagaimana
tidak jengkel, Ve sering sekali dikejutkan dengan tingkah nya yang
menurutnya sungguh mengganggu. Ve tahu betul kalau Yuda sering mengejar
ngejarnya.
"Yuda, kamu datang juga kesini? dengan siapa?" Tanya Melody.
"Aku datang seorang diri dan aku akan menyemangati kalian dalam Audisi ini, Terutama Ve ku."
"So, Sweeet ..." Ledek Melody.
Ve jengkel. "Ve ku? Apa maksud kamu? Jangan pernah panggil namaku seperti itu. Aku gak suka, tau."
Lagi lagi
Melody menggoda Ve. "Ehem, Ehem... Cie cie. Kamu gak boleh begitu, Ve.
Niat Yuda kan sungguh baik, Jadi kamu harus membalasnya juga."
"Ish kamu apa apaan sih, Mel?"
Semua tertawa mendengarnya, bahkan Dhike yang semula pendiam kini ia kembali tersenyum melihat suasana saat itu.
"Oya, kalian
mau kemana? Jangan bilang bahwa kalian ingin makan siang di kawasan
gedung mewah ini? Jangan sampai, deh. Harga makanan disini sungguh
mahal. Namun kalian gak usah khawatir, karena aku sudah membelikan
makanan untuk kalian. Ayo semua kumpul kita makan siang bareng!." Seru
Yuda.
"Ternyata kamu ada untungnya juga." Ucap Ve dari balik wajah jengkelnya itu.
Semua kembali
menuju kursi taman, di tengah rumput yang tebal dan bersih mereka
berkumpul. Makanan demi makanan mulai disajikan, seperti suasana piknik.
Semuanya terlihat bahagia, rasa gugup serta khawatir hilang begitu
saja. Kebersamaan lah yang membuat mereka kuat.
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar